Get In Touch
sambas.berite@gmail.com0821-4933-5559
Our Company
Dsn Sukamantri, Dalam Kaum, Sambas, Kalimantan Barat, 79462
Selasa, 28 Oktober 2025 - 19:05

Bulan Pelepasan Tukik Terbanyak: 20.000 Tukik Dilepasliarkan di Paloh

Penulis : Berite Sambas

Bulan Pelepasan Tukik Terbanyak: 20.000 Tukik Dilepasliarkan di Paloh

Beritesambas.com - Upaya konservasi penyu di Paloh, Kalimantan Barat, mencatat sejarah baru dengan menargetkan pelepasan 20.000 ekor tukik (anak penyu).

Upaya konservasi penyu di Paloh selama belasan tahun ini mulai tampak membuahkan hasil. Musim puncak peneluran penyu tahun 2025 (Juli – September) ini menunjukkan adanya peningkatan populasi penyu bertelur.

Setidaknya terdapat 1157 ekor penyu mendarat di pantai Tanjung Api hingga Tanjung Kemuning (4 kilometer) dan 670 ekor diantaranya bertelur. Hal ini berarti dalam waktu 3 bulan, lebih dari 67.000 telur diinkubasi hanya di wilayah 4 kilometer dari 63 kilometer pantai peneluran penyu di kecamatan Paloh.

Umumnya tukik menetas dalam waktu 2 bulan. Penyu yang bertelur diperiode agustus dan September lalu diperkirakan akan menetas di bulan oktober dan November ini. Mengingat jumlahnya yang fantastis, diperkirakan lebih dari 20.000 tukik akan menetas dalam 1 bulan ini (pertengahan oktober – pertengan November) maka ini merupakan bulan tukik terbanyak selama perjalanan konservasi penyu di Paloh.

Pokmaswas Kambau Borneo berkolaborasi dengan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Tanjung Api dan Yayasan Sealife Indonesia, menyelenggarakan pelepasan ribuan tukik selama 4 minggu berturut-turut di Pantai Tanjung Api, Paloh.

Ketua Pokmaswas Kambau Borneo, Jefriden mengatakan, pelepasan tukik ini mengusung tema “Bulan Pelepasan Tukik Terbanyak”, dimana jumlah tukik yang akan dilepaskan sebanyak 20.000 ekor.

Dikatakan pria yang akrab disapa Long Ejep ini, metode pelepasliaran tukik sebanyak itu akan dilakukan secara bertahap selama empat pekan kedepan, menyesuaikan waktu penetasan tukik.

“20.000 ekor tukik ini akan kami lepasliarkan secara bertahap selama empat pekan kedepan. Setiap pekannya, masing-masing sebanyak 5.000 ekor. Dan hari ini, alhamdulillah kami bersama SMK Kesehatan dan Yayasan Sealife Indonesia, telah melepasliarkan sebanyak 5.000 ekor di pagi hari dan di sore hari,” katanya, Senin (27/10/2025).

Untuk pelepasliaran selanjutnya, direncanakan pada pekan depan yaitu tanggal 2 November 2025, 9 November 2025, dan ditutup pada 15 November 2025.

“Untuk acara puncak pelepasan nanti, insya allah akan kami sertakan juga acara pesta rakyat,” terangnya.

Ejep menjelaskan, tukik-tukik yang dilepasliarkan tersebut merupakan hasil relokasi atau penetasan semi alami dari 670 ekor penyu selama bulan Juli hingga September 2025.

“Dari 670 ekor yang bertelur atau bersarang, yang berhasil direkolasi oleh Kambau Borneo sebanyak 34.000 butir telur,” sambungnya.

Ejep mengatakan rekolasi sarang atau telur penyu ini dilakukan untuk menghindari ancaman perburuan dan hewan predator, sekaligus untuk mempermudah pendataan serta wisata edukasi konservasi penyu di Tanjung Api.

Meski berjalan dengan segala keterbatasan, semangat Pokdarwis Tanjung Api menjadi bukti nyata bahwa kepedulian masyarakat pesisir mampu menjadi garda terdepan dalam menjaga ekosistem laut Kalimantan Barat dari ancaman kepunahan.

Melihat perjuangan Pokmaswas Kambau Borneo dan kolaborasinya bersama Pokdarwis Tanjung Api, Dwi Suprapti dari Yayasan Sealife Indonesia menganggap upaya ini layak diapresiasi karena secara mandiri telah berhasil konsisten melakukan upaya Konservasi Penyu di Paloh lebih dari 12 tahun tanpa pendanaan khusus.

“Meskipun tantangan yang dihadapi oleh Pokmaswas Kambau Borneo tidak mudah dan masih terus perlu dilakukan perbaikan prosedur, namun secara umum lembaga ini perlu diapresiasi karena mampu bertahan dan mengelola konservasi penyu secara mandiri dan berhasil menetaskan tukik lebih dari 20.000 dalam waktu 2 bulan” katanya.

Dwi menambahkan pelepasan tukik lebih dari 20.000 ekor ini terbilang rekor yang perlu diakui, bahkan angka ini melebihi rekor MURI tahun 2022 terkait pelepasan tukik terbanyak yang dilakukan di Bali sejumlah 15.000 tukik. Sehingga jumlah ini bukanlah angka yang sedikit, hal ini adalah pencapaian besar dari Gerakan sosial Masyarakat lokal Paloh.

Dwi juga menjelaskan bahwa pelepasan penyu memang sebaiknya menyesuaikan waktu penetasan, jangan dikumpulkan dan ditahan lebih dari seminggu.

"Pola-pola memelihara tukik dalam waktu lama, membesarkannya baru dilepasliarkan adalah pola yang kurang tepat, karena akan menyebabkan cadangan makanan alami (Yolk) ditubuh tukik menipis sehingga kematian dapat mengancam kehidupannya saat dilepasliarkan," jelas Dwi.

Untuk itu, Dwi mengapresiasi langkah yang dilakukan Pokmaswas Kambau Borneo yang tidak ambisius melepaskan tukik 20.000 sekaligus namun tetap disesuaikan dengan waktu penetasannya dan dibagi menjadi 8 periode pelepasan agar peluang hidup tukik lebih tinggi saat dilepaskan.

Langkah ini menurut Dwi juga sebagai upaya mencegah serangan predator dan kematian masal akibat pelepasliaran secara masal disatu waktu dan disatu tempat.

"Sehingga pelepasan tukik yang kebetulan menetas dalam jumlah ribuan ini perlu dibagi dalam beberapa waktu dan menyebar disepanjang pantai diwilayah tersebut," ujarnya.

Menurut Dwi, keberhasilan yang dilakukan oleh Pokmaswas Kambau Borneo dan Pokdarwis Tanjung Api dalam upaya konservasi penyu di Paloh ini tentunya tidak terlepas dari dukungan panjang dari berbagai pihak baik Pemerintah Desa, Kabupaten hingga Pemerintah Provinsi juga dukungan dari berbagai NGO Konservasi, Akademisi, CSR Perusahaan maupun dukungan dari kelompok-kelompok Masyarakat lainnya.

"Kolaborasi ini perlu terus dipelihara demi kelestarian Penyu di Paloh dan peningkatan pendapatan Masyarakat lokal dari efek domino wisata edukasi yang ramah penyu," pungkas Dwi. (Red)